SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI MODEL TES GRAFIS BERBASIS KOMPUTER PADA MAHASISWA CALON ASISTEN LABORATORIUM

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
MODEL TES GRAFIS BERBASIS KOMPUTER PADA MAHASISWA CALON ASISTEN LABORATORIUM
Oleh: Ajeng Sekar L. & Wahyu Anjani
4PA05

A.    LATAR BELAKANG
Hampir seluruh fakultas di berbagai universitas menerapkan kerja praktek untuk seluruh mahasiswanya agar bisa memraktekan apa yang telah diajarkan kepada mereka. Sebelum kerja praktek itu dilakukan, beberapa universitas juga memberlakukan praktikum di laboratorium, dimana mahasiswa mendalami materi dengan melakukan studi kasus, memraktekan atau roleplay. Biasanya di laboratorium, asistan laboratorium lebih banyak turun tangan untuk membantu para praktikan atau mahasiswa, jadi jelas jasa asisten laboratorium sangat dibutuhkan.
Untuk mendapatkan asisten laboratorium yang baik, jelas ada syarat dan ketentuan yang diberikan oleh tiap-tiap fakultas, seperti misalnya nilai minimal IPK, skor yang didapatkan di mata kuliah tersebut, lulus sesi wawancara juga hasil tes yang bagus. Salah satu tes yang digunakan untuk menguji calon-calon asisten laboratorium adalah tes grafis.
Tes grafis adalah bagian dari tes proyektif di ilmu psikologi, yang biasanya disebut juga sebagai paper and pencil test karena hal yang dibutuhkan hanyalah dua hal tersebut. Tes grafis didasarkan atas pandangan psikodinamika kepribadian dan dianggap sensitif terhadap aspek-aspek ketidaksadaran dari perilaku (Kendal & Norton-ford, 1982). Tes grafis terdiri dari beberapa tes di dalamnya, diantaranya DAP (Draw A Person), BAUM (The Tree Test), HTP (House Tree Person), Wartegg, dan banyak lagi.
Dengan global warming yang semakin merusak bumi, jelas bumi membutuhkan banyak pohon untuk mengurangi atau menahan efek-efek dari kerusakan yang terjadi. Sayangnya, kertas memiliki bahan dasar dari pohon.
Namun dewasa ini teknologi semakin canggih. Berbagai perusahaan mengadakan evolusi atau inovasi baru terhadap barang-barangnya untuk membantu pribumi dalam menjalani kegiatannya. Salah satu inovasi yang sedang banyak digunakan adalah pen-tab atau pen-tablet, dimana kita bisa menggambar secara digital menggunakan bantuan alat tersebut. Dan jelas hal ini bisa menjadi salah satu jalan keluar untuk melaksanakan tes grafis tanpa harus menggunakan kertas. Hasil yang didapat juga bisa langsung masuk ke dalam database dan dapat dikirimkan langsung ke psikolog untuk diintepretasikan.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana proses pelaksanaan tes grafis menggunakan pen-tab?
2.      Apa saja manfaat melakukan tes grafis secara komputer?

C.    TUJUAN
1.      Untuk memahami cara kerja aplikasi yang mengizinkan kita melakukan tes grafis secara komputerisasi.
2.      Untuk mengetahui manfaat melakukan tes grafis secara komputerisasi.

D.    PEMBAHASAN
1.      SEJARAH  TES GRAFIS
Tes psikologi pertama-tama umumnya untuk mengukur intelegensi dan prestasi sekolah, hanya beberapa yang ditujukan untuk tes kepribadian. Di Amerika Serikat, pertengahan 1930an dimulai lebih bebas dalam interpretasi tes yang mengukur kemampuan mental dengan metode kualitatif. Tes menggambar, awal tujuan untuk mengukur intelegensi secara kaku.
2.      Pengertian Tes Grafis
Tes grafis adalah bagian dari tes proyektif di ilmu psikologi.  Tes grafis disebut juga sebagai paper and pencil test karena hanya melibatkan 2 bahan tersebut dan dianggap sebagai tes yang sederhana dan murah. Sederhana karena tugas yang diberikan tidak rumit, mudah dimengerti subyek dan waktu pengerjaan tidak lama. Murah karena hanya melibatkan beberapa lembar kerja kertas dan sebatang pensil.
Tes grafis yang umum dikenal sebenarnya terdiri dari empat alat tes yang berdiri terpisah. Mereka adalah BAUM, Draw A Person (DAP), House Tree Person (HTP), dan Drawing Completion Tes (DCT). Keempat alat tes ini menggunakan media gambar untuk menelaah ciri kepribadian seseorang. HTP umumnya dipakai dalam ranah klinis karena kedalaman makna yang dapat digali. Dalam ranah seleksi, yang umum digunakan adalah BAUM, DAP, dan atau DCT. Keempatnya memiliki norma tersendiri untuk menelaah dan mengartikan hasil gambar. Bahkan DCT memiliki lembar nilai kuantitatif, yang tergolong unik untuk tes proyektif. Selanjutnya, hanya akan dibahas tentang HTP, DAP dan BAUM.
3.      Kebihan dan Kekurangan Tes Grafis
Kelebihan
a.       Salah satu alat tes yang dapat digunakan untuk memahami kepribadian individu
b.      Alat tes yang sederhana dan ekonomis
Kekurangan
a.       Validitas dan reliabilitasnya sulit untuk diukur
b.      Proses interperstasi yang sulit diukur karena rangsangan tidak terstruktur
4.      Kategori Tes Grafis
a.       DAP
DAP atau Draw a Person adalah salah satu jenis psikotes menggambar. Tes ini mudah diinterpretasikan dan banyak digunakan di berbagai negara karena tidak ada hambatan bahasa, hambatan budaya dan komunikasi antara penguji dan peserta tes. Biasannya, DAP digunakan dalam berbagai tujuan sehingga bersifat universal.
Di Indonesia, tes ini banyak digunakan untuk perekrutan pegawai swasta, pegawai pemerintah, dan lembaga lainnya. Dalam pengerjaan tes ini, bisa dilakukan secara kelompok atau individual. Tes kelompok biasanya digunakan dalam perekrerutan pegawai yang berjumlah banyak (misalnya perekrutan pegawai PNS), sementara, tes individual digunakan untuk perekrutan pegawai dengan kualifikasi tertentu dan kuantitas sangat terbatas.
Anda sebagai peserta tes akan diminta oleh pengawas untuk menggambar tiga orang pada tiga lembar terpisah yaitu gambar laki-laki, gambar perempuan dan gambar Anda sendiri. Tapi, jika Anda dites dalam sebuah kelompok, Anda hanya akan diminta untuk menggambar satu orang. Usahakan sesuai dengan jenis kelamin Anda sendiri. Identitas diri ditulis pada bagian belakang kertas supaya bidang gambar tetap bersih. Tapi tergantung pada permintaan pengawas. Intinya dengarkan setiap petunjuk dari pengawas. 
Dalam tes kelompok peserta hanya diminta menggambar satu orang saja untuk menghemat waktu. Waktu yang diberikan pengawas biasanya berkisar antara 10 sampai 15 menit. Tujuan dari tes DAP ini yaitu sebagai alat pembantu untuk memahami stuktur kepribadian dan hal-hal bersifat fisik, tidak dapat memprediksi apa yang mungkin akan terjadi secara tepat apabila semua data yang terlibat dengan subyek tidak diprediksi dan di kontrol.

b.      BAUM
Tes Psikologi “Baum Test” atau yang lebih dikenal dengan “Tree Test” adalah tes psikologi yang diciptakan oleh Emil Jucker yang kemudian dikembangkan dan dipublikasikan pertama kali oleh Karl Koch pada tahun 1959. Alasan pemilihan pohon oleh Jucker sebagai objek gambar adalah pohon selalu tumbuh dan berkembang, serta hasil penelitian budaya menunjukkan bahwa pohon memiliki makna penting bagi manusia dan pohon dianggap mewakili manusia. Instruksi yang WAJIB diikuti dan tidak boleh dilanggar adalah menggambar pohon berkayu, dan tidak boleh menggambar pohon seperti perdu, pinus/cemara, palma/kelapa, bambu, beringin, randu, pisang, dan rumput-rumputan. Setelah menggambar pohon, peserta diminta menulis nama atau jenis pohon yang digambar.
Fungsi dari tes ini adalah untuk menilai karakter dan kepribadian seseorang dengan cara menganalisa gambar pohon yang dibuat oleh peserta tes. Hal ini dapat diketahui dari bentuk gambar, kelengkapan gambar, kerapian, cara menggambar, dan dari aspek-aspek lainnya.
c.       HTP
Pencipta : John N. Buck. Dikembangkan oleh tahun 1947, direvisi tahun 1948, 1949 dan (revisi Buck & Warren) 1992. Pada prinsipnya dikembangkan dari Goodenough Scale yang berfungsi untuk mengukur fungsi/ kematangan intelektual Buck meyakini bahwa gambar rumah dan pohon juga dapat memberikan informasi yang relevan mengenai kepribadian individu. Buck meyakini juga bahwa goresan gambar seseorang (dalam hal ini gambar rumah, pohon dan orang) dapat mewakili karakter pribadinya.
HTP merupakan salah satu tes grafis yang berguna untuk melengkapi tes grafis yang lain.Tes HTP (House tree Person) umumnya memiliki tujuan untuk mengukur keseluruhan pribadi. Waktu yang dipergunakan dalam tes Psikologi HTP normalnya selama 10 menit.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah HTP digunakan oleh para ahli jiwa untuk mendapatkan data yang cukup signifikan yang mempunyai sifat diagnosa atau prognosa mengenai keseluruhan pribadi individu yang bersangkutan, juga dapat mengetahui bagaimana interaksi pribadi dengan lingkungan baik yang umum ataupun spesifik. Menurut John Duck, HTP digunakan untuk mendapatkan data tentang kemajuan individu yang dikenai suatu treatment. Baik HTP ataupun tes grafis lainnya dapat disertai dengan warna dan interpretasinya mencakup juga sesuai atau tidak sesuainya penggunaan warna terhadap objek. Yang paling penting di interpretasi adalah orientasi individu (terhadap ruang dan daya abstraksi).
5.      Computerized Graphic Test
Sistem informasi psikologi adalah sekumpulan stimulus yang saling berhubungan, mengumpulkan atau mendapatkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi mengenai proses mental yang terjadi. Dari penjelasan itu, sistem informasi psikologi dapat membantu untuk mempermudah mendapatkan, memproses serta mendistribusikan hasil tes yang didapatkan.
Aplikasi ini dibuat untuk memudahkan tester mengambil dan merekam data tes grafis testee, juga memudahkan pendistribusian data. Menggunakan salah satu alat bernama pen-tab atau pen-tablet yang mana bisa digunakan untuk menggambar secara digital.
6.      Manfaat dari Computerized Graphic Test
a.       Tidak perlu menggunakan kertas.
b.      Data yang testee berikan dapat langsung masuk ke dalam sistem komputer.
c.       Memudahkan penyimpanan data.
d.      Memudahkan pendistribusian data.
e.       Sistem akan mendata detail-detail yang diberikan oleh testee selama menggambar, seperti tebal-tipis garis, hapusan, bagian yang paling lama digambar, dan sebagainya untuk memudahkan tester.
7.      Langkah-langkah Penggunaan Computerized Graphic Test
a.       Aplikasi dinyalakan, lalu pilih brand dan tipe pen-tab yang digunakan, agar bisa disesuaikan dengan sensitifitas tablet oleh sistem.
b.      Pilih tes mana yang ingin diambil datanya.
c.       Masukan identitas subjek yang terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan tanggal pelaksanaan tes.
d.      Lalu, kerjakan tes sesuai dengan intruksi yang ada menggunakan pen-tab.
e.       Seluruh data yang masuk segera disimpan di database. Data yang ada bisa disunting apabila tester menemukan poin penting yang patut ditambahkan. Misalnya, bagian yang hilang.
f.       Data-data yang tersimpan di database bisa dikirimkan ke psikolog untuk diintepretasikan lebih jauh.

E.     PENUTUP
1.      Kelebihan Aplikasi
a.       Tidak menggunakan kertas sama sekali dan ramah lingkungan.
b.      Hasil dari tes yang dilakukan oleh subjek bisa langsung diproses dan diserahkan pada psikolog untuk diintepretasi.
c.       Mempersingkat waktu skoring karena data yang masuk segera didata oleh sistem.
2.      Kelemahan Aplikasi
a.       Tekanan garis yang dibuat oleh subjek tidak dapat dideteksi.
b.      Sensitifitas pen-tab akan sangat berpengaruh.
c.       Kemungkinan kesulitan testee yang baru pertama kali menggunakan pen-tab.

F.     KESIMPULAN
Dengan adanya aplikasi modern berupa salah satu alat bernama pen-tab atau pen-tablet yang mana bisa digunakan untuk menggambar secara digital, para psikolog akan lebih mudah dalam menginterprestasi hasil dari tes grafis yang telah dikerjakan oleh para mahasiswa yang akan mendaftar sebagai calon asisten laboratorium. Selain itu, alat ini juga tidak lagi membutuhkan kertas pensil dan hapusan untuk proses dilakukannya tes. Karena di dalam alat para subjek yang akan melakukan tes grafis dapat menggambar langsung di pen-tab ini. Gambar yang telah dibuatpun bisa langsung disimpan didalam alat ini, sehingga menghindari terjadinya kehilangan atau rusaknya kertas yang telah digambar oleh para subjek.












DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, A. & Urbina, S. (2007). Tes Psikologi. Jakarta: PT. Indeks.
Kendall, P. C. & Norton-Ford, J. D. (1982). Clinical psychology; scientific and professional dimensions. New York: John Wiley & Sons, Inc.
http://atikwahyuni13.blogspot.co.id/2015/06/tes-grafis.html?m=1
Nanik & Setiono, V. (2007). Diktat Mata Kuliah Tes Grafis DAP. Surabaya: Fakultas Psikologi Ubaya.
Widjaja, H. Diktat Psikodiagnostik. Bandung: UPT Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.


Komentar

Postingan Populer